Cari Blog Ini

Kamis, 11 April 2019

CARA AMPUH MENCEGAH PIKUN



Penulis
Ainun Jariah, S.Kep., Ns & Nina Dwi Lestari, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom
(Mahasiswa Magister Keperawatan & Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
                                       

        Menjadi tua adalah suatu proses pasti yang akan dilalui setiap manusia. Dalam perjalanan menuju atau menjadi tua ini tentunya kita akan melewati beberapa fase dari bayi tumbuh menjadi anak-anak lalu menjadi remaja kemudian setelah remaja masuk pada usia dewasa, selama perjalanan proses itu fungsi organ tubuh akan berkembang dan sedikit demi sedikit akan melemah atau berkurang ketika memasuki usia lanjut. Salah satu masalah yang sering dialami ketika menjelang usia lanjut yaitu menurunnya daya ingat atau terjadinya pikun. Penyebab dari pikun ini bukan semata-mata karena proses menjadi tua, akan tetapi bisa dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olahraga, makan makanan cepat saji, kurang aktifitas fisik, dan stress. 
Di Indonesia, jumlah Orang Dengan Demensia (Pikun) diperkirakan akan makin meningkat dari 960.000 di tahun 2013, menjadi 1.890.000 di tahun 2030 dan 3.980.000 orang dengan penderita pikun di tahun 2050 (Laporan World Alzheimer dan Kemenkes). Ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat maka akan mempengaruhi kualitas hidupnya seperti lupa menaruh sesuatu, sering kebingungan sampai dengan lupa akan waktu dan hal itu dapat mempersulit aktivitas sehari-hari. Pikun ini memang terkenal dengan sebutan “Penyakit Tua” dan kebanyakan orang usia dewasa dan lanjut usia menerima dengan sangat terbuka dan menganggap hal yang biasa mengenai masalah ini. Padahal masalah ini memiliki dampak besar seperti bisa lupa anggota keluarga dan sama sekali tidak bisa mengingat jika dibiarkan begitu saja. 

          Maka dari itu jangan maklum dengan pikun, sebelum hal itu terjadi kepada diri dan anggota keluarga kita, pikun bisa di perlambat dengan berbagai macam cara. Beberapa cara yang terbukti ampuh dalam mencegah penyakit pikun yaitu Senam Otak (brain gym), Art Therapy (Terapi menggambar), Bermain Puzzle, bermain Dakon (conglak), Aktifitas Sosial dan mendengarkan murottal. 
Kenapa cara di atas dikatakan ampuh ? mari kita simak penjelasannya.

1. Penurunan kognitif ini dapat diperbaiki dengan diberikan senam otak. Biasanya latihan ini yang dianjurkan empat kali seminggu, masing-masing sekitar 15–20 menit. Brain Gym mengoptimalkan otak belahan kanan secara garis besar bertugas mengontrol badan bagian kiri, serta berfungsi untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, dan melihat keseluruhan. Otak kanan juga mendorong manusia untuk bersosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain, serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan pemahaman, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh. Otak belahan kiri secara garis besar bertugas mengatur badan bagian kanan yang berfungsi untuk berpikir logis, rasional, menganalisis, kemampuan menulis dan membaca, berbicara. Ada banyak senam otak yang bisa pembaca bisa sangat mudah mempratikannya dirumah. Salah satunnya dengan menggunakan jari,  angkat jari telunjuk dan jari tengah pada tangan kanan kemudian angkat kelima jari pada tangan kiri. Goyangkan secara bersamaan selama 30 detik kemudian pindah posisi jari pada tangan yang berbeda, lakukan secara berulang sekitar 4-5 kali. Setelah itu angkat jari telunjuk pada tangan kanan dan angkat jari telunjuk dan tengah pada tangan kiri, lakukan pemindahan posisi jari seperti gerakan sebelumnya.  

2. Art Therapy (terapi menggambar) dapat meningkatkan perhatian dan orientasi pada orang yang mengalami demensia, mengurangi gejala perilaku dan psikologis, meningkatkan keterampilan sosial  dan meringankan beban keluarga atau care giver penderita demensia. Terapi menggambar ini dilakukan dengan menggunakkan pensil,pensil warna dan buku gambar atau kertas. Lansia diminta untuk menggambar segala sesuatu yang iingin mereka gambar dan setelah selesai menggambar lansia diminta untuk menceritakan isi dari gammbarya. Terapi menggambar ini terbukti ampuh karena telah digunakan pada lansia di panti jompo.
3. Permainan puzzle ini bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran dan membiasakan kemampuan berbagi dan juga dapat digunakan untuk permainan edukasi karena dapat mengasah otak melatih kecepatan pikir dan tangan. Permainan ini dapat dilakukan selama 30 menit sebanyak 3 kali seminggu. Caranya adalah menyusun balok-balok kayu sesuai gambar yang telah ditentukan. Lansia dan keluarga tidak perlu khawatir dan bingung untuk menggunakan puzzle yang seperti apa, karena di Indonesia telah hadir Puzzle dari balok kecil yang di adopsi dari negara sakura Jepang.
4. Akifitas Sosial, bergabung dengan sebuah komunitas misalnya pendidikan lanjut usia, sekolah lansia, komunitas pengajian ataupun komunitas yang lain ini dapat membantu kita untuk lebih produktif karena kita akan berinteraksi satu sama lain serta menambah wawasan pengetahuan kita.
5. Permainan congklak Permainan dakon merupakan salah satu media terapi yang digunakan untuk merangsang dan mengolah fungsi otak termasuk memori/daya ingat, konsentrasi, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung. Permainan dakon membutuhkan perhitungan yang cermat harus dilakukan dengan senang dengan penuh sportifitas/kejujuran. Permainan dakon sebagai terapi stimulasi kognitif merupakan terapi yang terbukti efektif meningkatkan fungsi kognitif lanjut usia pada demensia ringan-sedang. Permainan conglak ini dapat dilakukan dengan anggota keluarga dirumah.
6. Mendengarkan Murottal, cara ini ternyata ampuh untuk mencegah pikun dan telah banyak penelitian yang membuktikannya. Kita hanya mendengarkan minimal 30 menit dalam sehari. Mendengarkan murottal ini dapat meningkatkan kosentrasi, melatih sistem pendengaran kita serta memberikan kenyamanan untuk psikologis. 

Tips-tips ini dapat diterapkan didalam kehidupan kita sehari-hari dan tidak memakan waktu lama. Selain cara ini mudah dilakukan, waktu kebersamaan dengan keluarga lebih bermakna karena dalam menjalankan tips-tips tersebut membutuhkan dukungan serta peran anggota keluarga untuk mendampingi lansia. Mari bersama cegah penyakit dimensia atau pikun dari sekarang, lansia pantas untuk produktif lansia pantas untuk bahagia. Selamat mencoba!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI MADELEINE M. LAININGER

TEORI MADELEINE M. LAININGER A.     Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dan semakin berkembangnya tekhnologi secara t...