TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Bedside Teaching
Bedside teaching merupakan metode pembelajaran yang dilakukan disamping
tempat tidur yang melibatkan pasien secara aktif (Hesly, 2016). Metode pembelajaran yang terdiri dari mengkaji kondisi
klien dan pemenuhan asuhan keperawatan. Menurut Snell (2008) bedside
teaching merupakan sebuah pembelajaran yang aktif yang melibatkan pasien. Dapat
disimpulkan bahwa bedside teaching merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
di samping tempat tidur yang melibatkan pasien secara aktif.
B.
Tujuan Pembelajaran Bedside Teaching
Tujuan Bedside teaching menurut McLeod dan Harden (1985) :
1.
Mengumpulkan
dan merekam semua informasi tentang pasien secara kompleks
2.
Melakukan
pemeriksaan fisik yang lengkap dan teratur
3.
Melakukan
prosedur keterampilan
4.
Menginterpretasikan
data
5.
Memecahkan
masalah secara ilmiah dan professional
6.
Memberikan
informasi yang terpercaya
7.
Mengembangkan
keakraban dengan tim kesehatan lainnya
8.
Mengembangkan
sikap yang tepat untuk pasien dan petugas kesehatan yang lain
9.
Mengumpulkan pengetahuan kesehatan yang factual
10. Memperoleh sikap positif untuk belajar mandiri
C.
Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching
Prinsip
pelaksanaan Bedside Teaching antara lain sebagai berikut Ramani, S.(2003) :
1.
Sikap
fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik, dan klien
2.
Jumah
peserta didik dibatasi, yakni 5-6 orang
3.
Diskusi
pada awal dan pascademonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin
lanjutkan dengan demonstrasi ulang
4.
Evaluasi
pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatkan saat itu
5.
Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang
belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya.
D.
Hal-Hal Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Preseptor
Klinik
Menurut Gills (2003) preceptor harus memiliki dan mecerminkan hal-hal berikut
:
1.
Mendorong
mahasiswa untuk partisipasi aktif dalam kegiatan
2.
Menekankan
pembelajaran pada focus pemecahan masalah
3.
Terintegrasi
klinis dengan ilmu dasar
4.
Batasi
mahasiswa berdiskusi pada saat tindakan, jika ada pertanyaan dapat dicurahkan
di ruang diskusi
5.
Menyediakan
kesempatan yang cukup bagi mahasiswa untuk berlatih keterampilan
6.
Menjadi
teladan yang baik bagi hubungan interpersonal dengan pasien
7.
Mengajarkan
kepada mahasiswa untuk tetap berorientasi terhadap kasus penyakit pasien
8.
Menunjukkan
sikap positif terhadap ajaran
E.
Kelebihan Metode Bedside Teaching
Beberapa
kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam,
2008) :
1.
Mendapatkan
kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.
2.
Menumbuhkan
sikap professional
3.
Mempelajari
perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi melalui pengamatan
langsung
Menurut McKimm (2010) keuntungan bedside teaching
adalah:
1.
Dapat
melakukan pengamatan kepada role model secara langsung
2.
Waktu
yang tepat untuk melakukan anamnesis atau pemeriksaan fisik pasien
3.
Meningkatkan
keterampilan komunikasi
4.
Meningkatkan
kerjasama tim
5.
Meningkatkan
pemahaman terhadap konteks yang dikaji
F.
Kekurangan Metode Bedside Teaching
Beberapa
kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2008) :
1.
Dosen/pembimbing
klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik, psikologis akan menimbulkan
rasa tidak percaya dalam diri klien.
2.
Dosen/pembimbing
klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan mengurangi
efektifitas pembelajaran.
G.
Langkah-Langkah Bedside Teaching
Strategi dan langkah-langkah
dalam pengajaran
klinik menggunakan pendekatan bedside teaching menurut Cox (1993) dalam Harden
(2009) dan Affandi (2008) adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Pre-Round
Hal
yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1)
Perencanaan
Artinya preseptor terlebih dahulu menyiapkan
pengetahuan dan keterampilannya mengenai konsep pembelajaran yang akan
diberikan serta menentukan guide line, kemudian menyiapkan mahasiswa sebelum
bertemu dengan pasien, baik kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa (prior
knowledge) serta menetapkan tujuan pembelajaran.
2)
Briefing/Orientasi
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan pada tahapan ini antara lain :
a.
Mendapatkan kasus penyakit yang spesifik dan pasien
yang sesuai dengan kriteria
b.
Mahasiswa
diberitahu hal-hal yang tidak boleh didiskususikan selama
berhadapan langsung dengan pasien.
c.
Menghindari
penggunaan alat komunikasi selama proses bedside
teaching.
d.
Melakukan
koordinasi sesama tim sebelum melakukan bedside teaching,
menjelaskan tujuan tujuan kegiatan.
e.
Mengalokasikan
peran selama bedside teaching berlangsung
2.
Tahap
Round
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahapan ini, yaitu :
1)
Perkenalan
atau pengantar
Mahasiswa
didampingi oleh preceptor dalam melakukan interaksi dengan
pasien.
2)
Interaksi
Mahasiswa
didampingi preceptor melakukan interaksi dengan pasien,
focus pada pengalaman klinis (usahakan untuk tindak menggunakan
kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pasien)
3)
Preceptor
mengobservasi keterampilan yang dilakukan mahasiswa.
4)
Instruksi
Preceptor
memberikan instruksi pada mahasiwa tanpa membuat mahasiswa
malu dihadapan pasien.
5)
Penyimpulan
Preceptor
membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil
interaksi dengan pasien.
3.
Tahap Post Round
Hal – hal yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1)
Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari
pasien dan mahasiswa, beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa, preceptor
dapat membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan dengan
mahasiswa sendirian jika memerlukan feedback khusus.
2)
Reflection dan
feedback
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self
review, peer review kemudian diberikan umpan balik oleh preceptor.
Pertanyaan yang diberikan ke mahasiswa :
a.
Apa yang anda
temukan?
b.
Apakah semuanya
dapat mengidentifikasi kasus tersebut?
c.
Apakah masih ada
yang belum jelas/mengerti?
Menjelaskan temuan :
a.
Apa makna temuan
tersebut?
b.
Temuan yang mana
yang dapat mendeskripsikan antara temuan yang satu dan yang lain?
c.
Bagaimana kita
dapat menentukan diagnose, masalah dari kasus yang telah dilakukan?
3)
Working Knowledge
and Education
Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan
pembelajaran selanjutnya. Seperti melakukan analisis kasus yang telah dijumpai
oleh mahasiswa selama proses bedside teaching berlangsung. Pertanyaan yang
diberikan working knowledge mahasiswa yaitu apa yang harus mahasiswa lakukan
selanjutnya. Apakah harus dipicu dengan scenario kasus yang sama untuk masa yang
akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar