Cari Blog Ini

Senin, 22 Oktober 2018

Bedside Teaching


TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Bedside Teaching
Bedside teaching merupakan metode pembelajaran yang dilakukan disamping tempat tidur yang melibatkan pasien secara aktif (Hesly, 2016). Metode pembelajaran yang terdiri dari mengkaji kondisi klien dan pemenuhan asuhan keperawatan. Menurut Snell (2008) bedside teaching merupakan sebuah pembelajaran yang aktif yang melibatkan pasien. Dapat disimpulkan bahwa bedside teaching merupakan metode pembelajaran yang dilakukan di samping tempat tidur yang melibatkan pasien secara aktif.
B.     Tujuan Pembelajaran Bedside Teaching
Tujuan Bedside teaching menurut McLeod dan Harden (1985) :
1.    Mengumpulkan dan merekam semua informasi tentang pasien secara kompleks
2.    Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap dan teratur
3.    Melakukan prosedur keterampilan
4.    Menginterpretasikan data
5.    Memecahkan masalah secara ilmiah dan professional
6.    Memberikan informasi yang terpercaya
7.    Mengembangkan keakraban dengan tim kesehatan lainnya
8.    Mengembangkan sikap yang tepat untuk pasien dan petugas kesehatan yang lain
9.    Mengumpulkan pengetahuan kesehatan yang factual
10.     Memperoleh sikap positif untuk belajar mandiri
C.    Prinsip Pelaksanaan Bedside Teaching
Prinsip pelaksanaan Bedside Teaching antara lain sebagai berikut Ramani, S.(2003) :
1.    Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik, dan klien
2.    Jumah peserta didik dibatasi, yakni 5-6 orang
3.    Diskusi pada awal dan pascademonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin lanjutkan dengan demonstrasi ulang
4.    Evaluasi pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatkan saat itu
5.    Text Box: 3Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya.
D.    Hal-Hal Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Preseptor Klinik
Menurut Gills (2003) preceptor harus memiliki dan mecerminkan hal-hal berikut :
1.    Mendorong mahasiswa untuk partisipasi aktif dalam kegiatan
2.    Menekankan pembelajaran pada focus pemecahan masalah
3.    Terintegrasi klinis dengan ilmu dasar
4.    Batasi mahasiswa berdiskusi pada saat tindakan, jika ada pertanyaan dapat dicurahkan di ruang diskusi
5.    Menyediakan kesempatan yang cukup bagi mahasiswa untuk berlatih keterampilan
6.    Menjadi teladan yang baik bagi hubungan interpersonal dengan pasien
7.    Mengajarkan kepada mahasiswa untuk tetap berorientasi terhadap kasus penyakit pasien
8.    Menunjukkan sikap positif terhadap ajaran
E.     Kelebihan Metode Bedside Teaching
Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2008) :
1.    Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.
2.    Menumbuhkan sikap professional
3.    Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung
Menurut McKimm (2010) keuntungan bedside teaching adalah:
1.    Dapat melakukan pengamatan kepada role model secara langsung
2.    Waktu yang tepat untuk melakukan anamnesis atau pemeriksaan fisik pasien
3.    Meningkatkan keterampilan komunikasi
4.    Meningkatkan kerjasama tim
5.    Meningkatkan pemahaman terhadap konteks yang dikaji
F.     Kekurangan Metode Bedside Teaching
Beberapa kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2008) :
1.    Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik, psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien.
2.    Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan mengurangi efektifitas pembelajaran.


G.    Langkah-Langkah Bedside Teaching
Strategi dan langkah-langkah dalam pengajaran klinik menggunakan pendekatan bedside teaching menurut Cox (1993) dalam Harden (2009) dan Affandi (2008) adalah sebagai berikut:
1.    Tahap Pre-Round
Hal yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1)        Perencanaan
Artinya preseptor terlebih dahulu menyiapkan pengetahuan dan keterampilannya mengenai konsep pembelajaran yang akan diberikan serta menentukan guide line, kemudian menyiapkan mahasiswa sebelum bertemu dengan pasien, baik kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa (prior knowledge) serta menetapkan tujuan pembelajaran.
2)        Briefing/Orientasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini antara lain :
a.    Mendapatkan kasus penyakit yang spesifik dan pasien yang sesuai dengan kriteria
b.    Mahasiswa diberitahu hal-hal yang tidak boleh didiskususikan selama berhadapan langsung dengan pasien.
c.    Menghindari penggunaan alat komunikasi selama proses bedside teaching.
d.   Melakukan koordinasi sesama tim sebelum melakukan bedside teaching, menjelaskan tujuan tujuan kegiatan.
e.    Mengalokasikan peran selama bedside teaching berlangsung
2.    Tahap Round
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahapan ini, yaitu :
1)   Perkenalan atau pengantar
Mahasiswa didampingi oleh preceptor dalam melakukan interaksi dengan pasien.
2)   Interaksi
Mahasiswa didampingi preceptor melakukan interaksi dengan pasien, focus pada pengalaman klinis (usahakan untuk tindak menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pasien)
3)   Preceptor mengobservasi keterampilan yang dilakukan mahasiswa.
4)   Instruksi
Preceptor memberikan instruksi pada mahasiwa tanpa membuat mahasiswa malu dihadapan pasien.
5)   Penyimpulan
Preceptor membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil interaksi dengan pasien.
3.    Tahap Post Round
Hal – hal yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1)   Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari pasien dan mahasiswa, beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan dengan mahasiswa sendirian jika memerlukan feedback khusus.
2)   Reflection dan feedback
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self review, peer review kemudian diberikan umpan balik oleh preceptor.
Pertanyaan yang diberikan ke mahasiswa :
a.    Apa yang anda temukan?
b.    Apakah semuanya dapat mengidentifikasi kasus tersebut?
c.    Apakah masih ada yang belum jelas/mengerti?
Menjelaskan temuan :
a.    Apa makna temuan tersebut?
b.    Temuan yang mana yang dapat mendeskripsikan antara temuan yang satu dan yang lain?
c.    Bagaimana kita dapat menentukan diagnose, masalah dari kasus yang telah dilakukan?
3)   Working Knowledge and Education
Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan pembelajaran selanjutnya. Seperti melakukan analisis kasus yang telah dijumpai oleh mahasiswa selama proses bedside teaching berlangsung. Pertanyaan yang diberikan working knowledge mahasiswa yaitu apa yang harus mahasiswa lakukan selanjutnya. Apakah harus dipicu dengan scenario kasus yang sama untuk masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI MADELEINE M. LAININGER

TEORI MADELEINE M. LAININGER A.     Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dan semakin berkembangnya tekhnologi secara t...