TEORI
MADELEINE M. LAININGER
A.
Latar
Belakang
Pada era globalisasi seperti ini dan semakin
berkembangnya tekhnologi secara tidak langsung kita di tuntut untuk
menyeimbangkan zaman moderenisasi ini
terlebih melalui dunia pendidikan. Ilmu pengetahuan memilki peran yang sangat
besar terhadap kehidupan sehari-hari, salah satunya ilmu pengetahuan tentang
keperawatan.
Sebagai salah seorang yang memiliki latar belakang
pendidikan dalam dunia keperawatan tentunya
pengetahuan ini sangatlah penting, terutama pada saat memberikan Asuhan
Keperawatan untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, pengetahuan, emosi,
sosial dan spritual klien maupun keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perawat
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan interpersonal yang baik
nan santun, karena akan menghadapi berbagai macam klien dari budaya yang
berbeda juga.
Didalam perkembangan teori keperawatan ternyata
mempunyai 4 tahap perkembangan yaitu Metha
Theory (teori dalam bentuk abstrak), Grand
Theory, Midle Range Theory dan Practice Theory. Teori Leininger tentang
Transcultural Nursing masuk dalam
tahap midle range theory. Munculnya
teori ini didasari oleh ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini juga menjabarkan tentang konsep keperawatan yang
dilandasi oleh pemahaman tentang adanya nilai-nilai kebudayaan yang melekat
pada masyarakat. Bila hal ini di abaikan oleh perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan maka bisa mengakibatkan klien mengalami Cultural Shock, dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya dan kepercayaan klien. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan pada klien tersebut (Alligood,
2017 & Iskandar 2006).
B.
Model
Keperawatan Theory Leininger
a.
Konsep
Utama Teori Leininger
Leininger
memaparkan bahwa Transcultural Nursing merupakan ilmu atau pengetahuan tentang
budaya yang diterapkan pada dunia pendidikan dan praktek keperawatan yang
difokuskan untuk melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawatan,
kesehatan dan penyakit yang didasari oleh nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
praktik bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai budaya dari masing-masing klien (Alligood, 2017).
Adapun konsep dalam transcultural nursing menurut Leininger dijelaskan sebagai berikut
:
1. Asuhan
manusiawi dan Caring
Konsep
ini mengacu pada fenomena yang abstrak dan nyata dengan maksud membantu dan
memfasilitasi diri sendiri atau orang lain supaya mampu meningkatkan derajat
kesehatan, kondisi diri dan mempersiapkan untuk menghadapi kematiannya
2. Budaya
Nilai-nilai,
keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan serta
diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan kesejahteraan dan kesehatan
serta meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.
3. Asuhan/
nilai Budaya
Konsep
ini hampir mirip dengan Asuhan manusiawi dan caring hanya saja pada konsep ini lebih berfokus pada
kebutuhan-kebutuhan yang belum ataupun yang sudah terjadi, untuk kesejahteraan
klien dan mempersiapkan diri menghadapi kematian.
4. Diversitas
Asuhan Budaya
Diversitas
asuhan budaya mengacu pada variabel budaya atau perbedaan dalam keyakinan
perawatan, makna, nilai, simbol dalam antar budaya
5. Universalitas
Asuhan Budaya
Konsep
ini mengacu pada asuhan berbasis budaya yang sama dan cara merefleksikan asuhan sebagai suatu
kemanusiaan yang universal.
6. Pandangan
dunia
Cara
padangan individu terhadap kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan
terhadap makna dan nilai hidup.
7. Dimensi
Budaya dan struktur Sosial
Dalam
konsep ini mencakup religius (spiritual), kekeluargaan (sosial), politik dan
aspek legal (hukum), ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang
saling berhubungan dan berfungsi mempengaruhi perilaku dalam konteks lingkungan
yang berbeda.
8. Konteks
Lingkungan
Mengacu
pada lingkungan secara keseluruhan (fisik, geografik, dan sosial kebudayaan)
yang terkait dengan pengalaman untuk mengarahkan keputusan manusia dengan
rujukan pada lingkungan atau situasi tertentu.
9. Riwayat
Etnis
Fakta-fakta,
kejadian-kejadian atau perkembangan sepanjang waktu yang diketahui, disaksikan
atau di abadikan tentang seseorang seseorang yang di tunjuk dari suatu budaya.
10. Emic
Pandangan
dan nilai-nilai dari penduduk lokal, kaum adat, atau orang dalam tentang suatu
fenomena.
11. Etic
Memandang
nilai-nilai dari orang luar atau yang lebih luas tentang suatu fenomena.
12. Keperawatan
Transkultural
Budaya
tradisional yang diwariskan dipandang membantu, mendukung, memperoleh kondisi
kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi
kecacatan dan kematian.
13. Pelestarian
atau pemeliharaan Asuhan Budaya (Cultural
Care Preservation)
Upaya
membantu memfasilitasi tindakan professional dan mengambil keputusan untuk
memelihara nilai budaya sehingga mereka dapat mencapai kesejahteraan,
kesehatan, serta mampu menghadapi kecacatan dan kematian.
14. Akomodasi
atau Negosiasi Asuhan Budaya (Cultural
Care Acomodation)
Teknik
negosiasi untuk memfasilitasi budaya tertentu sehingga dapat beradaptasi
terhadap tindakan, pengambilan keputusuan yang berkaitan dengan kesehatan.
15. Rekontrusi
Ulang Asuhan Budaya (Cultural Care
Repattering)
Menyusun
kembali tindakan dan pengambilan keputusan professional yang dapat membawa
perubahan cara hidup seseorang.
16. Asuhan
Keperawatan yang Kompeten secara Budaya (Cultural
Congruent / Nursing Care)
Kesadaran
untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan dan cara hidup individu
institusi dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang bermanfaat.
b.
Tujuh
komponen Sunrise Model
a)
Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji:Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative
dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan ini.
b)
Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu sImbol yang
mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
c)
Faktos sosial dan keterikatan
keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus
mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d)
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu
yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau
buruk. Norma –norma budaya adalah suatu
kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.
Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh
kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas
sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e)
Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit
yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 dalam Ruslinda, 2013).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f)
Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g)
Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
c.
Paradigma
Transcultural Nursing
Leininger
mengartikan paradigma keperawatan bahwa transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan
dan keperawatan.
1. Manusia
Manusia adalah
individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun dia berada.
2. Sehat
Kesehatan adalah
keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang atau sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif.
3. Lingkungan
Leininger mengartikan
lingkungan sebagai keseluruhan fenomena yang dapat mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang
berlaku yang telah ditetapkan pada lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.
4. Keperawatan
Leininger menjelaskan Asuhan
keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan individu sesuai dengan budaya
klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan
atau mempertahankan budaya, mengakomodasi atau negoasiasi budaya dan mengubah
atau mengganti budaya klien.
Adapun
penjelasan tentang strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan sebagai
berikut :
a. Cara
I : Mempertahankan Budaya
Mempertahankan budaya
dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan
dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara
II : Melakukan Negoisasi Budaya
Intervensi dan
implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan bagi
kesehanannya. Dalam hal ini perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung untuk peningkatan derajat kesehatannya,
misal sebagai contoh klien sedang hamil dan mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber hewani yang lain sehingga kebutuhan
makanan tetap tercukupi.
c. Cara
III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya dilakukan
apabila budaya yang dimiliki oleh klien merugikan bagi kesehatannya. Perawat
berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Dari model konseptual yang telah
dijabarkan diatas kemudian Leininger mengembangkannya dalam desain sunrise model untuk menggambarkan
komponen utama dari teorinya tentang sosial dan budaya karena dapat merepresentasikan
proses pemecahan, mulai dari tahap pengkajian, menegakkan diagnosa, intervensi
dan implementasi sampai evaluasi.
Berikut gambar model
teori matahari terbit dari leininger.
Sunrise
Enabler ini menggambarkan bahwa manusia tidak dapat
dipisahkan dari latar belakang budaya, struktur sosial, pandangan dunia,
sejarah, serta ruang lingkup lingkungan yang secara keseluruhan merupakan
prinsip dasar yang dimiliki oleh Teori Leininger (Alligood, 2017).
d.
Proses
keperawatan Transcultural Nursing
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat
pada gambar 1 diatas. Proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan untuk melakukan asuhan keperawatan kepada klien. Pengelolaan asuhan
keperawatan dilakukan dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
menentukan perencaan atau intervensi keperawatan, pelaksanaan hingga evaluasi.
1. Pengkajian
Terdapat 7 komponen
yang dirancang untuk pengkajian yang ada di “Sunrise model”
a. Faktor
tekhnologi
b. Faktor
agama dan falsafah hidup
c. Faktor
sosial dan keterikatan keluarga
d. Nilai-nilai
budaya dan gaya hidup
e. Faktor
kebijakan dan peraturan yang sudah ditetapkan
f. Faktor
ekonomi
g. Faktor
pendidikan
2. Penentuan
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
ditentukan dengan melihat masalah-masalah yang ditemukan.
3. Perencanaan
dan Implementasi
Terdapat tiga acuan yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu :
a.
Cultural
care preservation/maintenance
1. Identifikasi
perbedaan konsep transcultural nursing
antara klien dan perawat.
2. Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien.
3. Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
b.
Cultural
careaccomodation/negotiation
1. Menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
2. Mengajak
atau melibatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.
3. Jika
terdapat konflik yang belum terselesaikan, diharapkan lakukan negosiasi
c.
Cultual
care repartening/reconstruction
1. Berikan
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diterimanya dan
melakukannya.
2. Tentukan
tingkat perbedaan klien melihat dirinya dari budaya kelompok.
3. Gunakan
pihak ketiga bila perlu.
4. Berikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masing masing melalui proses pertemuan antara
satu sama lain, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka. Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien sangat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
4. Evaluasi
Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.