Cari Blog Ini

Sabtu, 23 November 2013

Retensio Plasenta

A.Pengertian
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana uri/placenta belum lahir dalam waktusatu jam setelah bayi lahir.Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang merupakan salahsatu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagianlagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik  pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapisebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat (plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).

B.Etiologi

Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :1)Placenta belum lepas dari dinding uterusPlacenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena (a) kontraksii uteruskurang kuat untuk melepaskan placenta, dan (b) placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam.Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.2)Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dandapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawahrahim. Hal ini dapat disebabkan karena (a) penanganan kala III yang keliru/salah dan (b)terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).

Menurut tingkat perlekatannya, retensio placenta dibedakan atas beberapa tingkatan yaitusebagai berikut :
  • Placenta Adhesiva; placenta melekat pada desidua endometrium lebih dalam
  • Placenta Inkreta; placenta melekat sampai pada villi khorialis dan tumbuh lebih dalammenembus desidua sampai miometrium
  • Placenta Akreta; placenta menembus lebih dalam kedalam miometrium tetapi belum mencapailapisan serosa
  • Placenta Perkreta; placenta telah menembus mencapai serosa atau peritonium dinding rahim
  • Placenta Inkarserata; adalah tertahannya di dalam kavum uteri karena kontraksi ostium uteri
C.Tanda dan Gejala

                Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
                Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini menentukan sikap pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena retensio bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada plasenta akreta vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding rahim daripada biasa adalah sampai kebatas atas lapisan otot rahim. Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukannya melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.
c.Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / melewati lapisan miometrium.
d.Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e.Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri

D.     Komplikasi
                Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
a.Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
b.Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
c.Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
d.Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker

E.Penanganan


a.  penangan umum
    1)   Memperhatikan k/u penderita
        *    Apakah anemis
        *     Bagaimana jumlah perdarahannya
        *     TTV : TD, nadi dan suhu
        *     Keadaan fundus uteri : kontraksi dan fundus uteri
     2)  Mengetahui keadaan placenta
        *    Apakah placenta ikarserata
        *    Melakukan tes pelepasan placenta : metode kusnert, metode klein, metode  
              strassman, metode manuaba
        *    Memasang infus dan memberikan cairan pengganti
       b. penangan khusus
                1) Retensio placenta dengan perdarahan
                    Langsung melakukan placenta manual
                2) Retensio placenta tanpa perdarahan
        *    Setelah dapat memastikan k/u penderita segera memasang infus dan    
              memberikan cairan.
        *    Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan  
               penanganan lebih baik.
        *     Memberikan tranfusi.
        *     Proteksi dengan antibiotika.
        *     Mempersiapkan placenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh
              narkosa.

3) Upaya preventif retensio placenta
               *     Meningkatkan penerimaan keluarga berencana sehingga, memperkecil terjadi
                           retensio placenta.
               *     Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh nakes yang terlatih.
               *     Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk
                      melakukan massase dengan tujuan mempercepat proses persalinan placenta.
                      Massase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan
                      mengganggu pelepasan placenta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI MADELEINE M. LAININGER

TEORI MADELEINE M. LAININGER A.     Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dan semakin berkembangnya tekhnologi secara t...