MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
BRONCHOPNEUMONIA”
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Anak
merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,
lebih-lebih bila anaknya mengalami bronchopneumonia.
Insiden
penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3
tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2
bulan, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas
bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di
negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health
Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor
6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi
saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati
urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik,
membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000,
kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi
penyebab kematian ketujuh di negara itu.
Bronchopneumonia
adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam
paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa
kimia maupun partikel.
1.2
TUJUAN
Tujuan
penulisan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata
kuliah keperawatan anak dan membantu mahasiswa dan pembaca untuk memahami
penyakit bronchopneumonia yang terjadi pada anak dan menambah pengalaman
mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronchopneumonia.
1.3 MANFAAT
1.
Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi
sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami ilmu yang telah diberikan
khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada
anak dengan bronchopneumonia.
2.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa
dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan bronchopnemonia serta dalam melakukan pendokumentasian dan
penyusunan makalah bronchopneumonia.
1.4 METODE PENULISAN
Metode
penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
a.
Memperoleh data dengan menggunakan referensi yang ada kaitannya dengan masalah
yang diangkat penulis.
b.
Memperoleh data melalui internet.
BAB II
TINJAUAN MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia
adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam
satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Brunner dan Suddarth, 2001).
Bronchopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina
adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan
gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia
disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Dari
beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang
paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan
benda asing
B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
PERNAPASAN
a.
Anatomi
Sistem
pernapasan terdiri atas :
•
Hidung
Merupakan
saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru.
Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
•
Faring atau tenggorokan
Struktur
seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring dibagi
menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
•
Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur
epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring
adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut
sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid,
kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.
•
Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan
lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang
rawan.
•
Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan
lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
•
Paru-paru
Merupakan
sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru
kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.
b.
Fisiologi
Proses
pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi
pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a.
Ventilasi
Ventilasi
merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu
pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah
proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma
meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan
iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke
belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena
paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu.
Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi,
refleks batuk dan muntah.
b.
Difusi gas
Difusi
gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan
dan konsentrasi O2.
c.
Transportasi gas
Transportasi
gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), eritrosit dan Hb.
C. ETIOLOGI
Pada
umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab
Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1.
Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2.
Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3.
Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a)
Faktor predisposisi
-usia
/umur
-genetik
b)
Faktor pencetus
-gizi
buruk/kurang
-berat
badan lahir rendah (BBLR)
-tidak
mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi
yang tidak lengkap
-polusi
udara
-kepadatan
tempat tinggal
D. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia
merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai
adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi
positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
A.
Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut
hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan
sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
B.
Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut
hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
C.
Stadium III/hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)
Disebut
hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di
seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium
ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
tidak lagi mengalami kongesti.
D.
Stadium IV/resolusi (7 – 11 hari)
Disebut
juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual.
Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis
bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai
pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas.
E. MANIFESTASI KLINIK
•
Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas
•
Demam (390 – 400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
•
Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan oleh bernapas dan batuk
•
Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
•
Kadang-kadang disertai muntah dan diare
•
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
•
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
•
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan
atelektasis absorbsi.
F. KOMPLIKASI
1.
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2.
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4.
Infeksi sistemik
5.
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks,
konsolidasi satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrat
Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit
antara 15000 sampai 40000 /mm3.
Hitung sel darah putih biasanya meningkat
kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.
Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk
mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah :
diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat
yang cocok untuk menanganinya.
H. PENATALAKSANAAN
A.
Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G,
streptomisin, ampicillin, gentamisin.
Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas
umur, keadaan umum penderita, dan dugaan kuman penyebab:
1.
Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia,
Hemofilus influenza atau stafilokokus.Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya,
maka secara praktis dipakai :
Kombinasi
: penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari dan
Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24
jam IM/IV, 4 kali sehari atau kombinasi Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral 4
kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sama dengan diatas).
2.
Anak –anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus
pneumonia: o Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000
KI/24 jam oral, 4 kali sehari o Eritromisin atau o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24
jam, oral 2 kali sehari. o Oksigen 1-2 L/menit. IVFD dekstrose 5 % ½ NaCl
0,225% 350cc / 24 jam ASI/PASI 8 x 20cc per sonde B. Non farmakologi 1.
Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2.
Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan
antitusif 4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator. 5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali
untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai
dengan penyebabnya.
I. PENCEGAHAN
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan
menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain
itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh
kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi antara lain: 1. Vaksinasi Pneumokokus 2. Vaksinasi H.
Influenza 3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan
tubuh rendah 4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN/ASKEP
1.1 PENGKAJIAN
a)
Identitas.
Umumnya anak dengan
daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang
menurun akibat KEP, penyakit menahun,
trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang
tidak sempurna.
b)
Riwayat Keperawatan.
i. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah,
dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta
sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare,
tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
ii.
Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa
hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
iii.
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita
penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
iv.
Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain
yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada
anggota keluarga yang lainnya.
c)
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan
Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan
debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d) Imunisasi.
Anak yang tidak
mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk melawan infeksi sekunder.
e)
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
f)
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau
meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
6. Pemeriksaan persistem.
a.Sistem
kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi
dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki,
wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada
asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas
dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau
makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe
keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
d.Sistem eliminasi.
Anak atau bayi
menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak
menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit
kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum,
ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun,
lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi
mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.
(2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri
dan infeksi virus.
(3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran oksigen.
(4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.
(5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
1.3 RENCANA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.
Tujuan
: Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran
gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler, frekuensi
pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada anak). Tidak
sesak dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80 – 100 dan CO2 35
– 45).
Intervensi
- Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi
pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas.
- Berikan posisi kepala lebih tinggi
dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma
dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
- Latih dan anjurkan klien untuk lebih
efektif
R/ batuk merupakan
mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas dengan baik
dan benar.
- Ubah posisi klien sesering mungkin
tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang
tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan pada
lobus yang berada di bagian bawah.
- Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan
mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.
- Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan
frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.
- Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen
yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan oksigen yang diberikan.
- Lakukan pemijatan dinding dada dan
perut serta pemberian nebulizer hati. Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh
yang tinggi.
R/ getaran dan
pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada dinding saluran nafas,
nebulizer merangkang batuk efektif klien.
- Berikan obat ekspektoran,
broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan penunjang.
R/ pelebaran saluran
nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah klien bernafas, deteksi sejauh
mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan penunjang.
(2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri
dan infeksi virus
Tujuan
: Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu tubuh
normal 365 – 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit (bayi)
100-120 X/menit (anak) Respirasi normal 30-60 X/ment (bayi) 30-40X/menit
(anak).
Intervensi
:
- Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam
R/ perubahan suhu tubuh
dapat mengetahui adanya infeksi.
- Berikan kompres hangat
R/ kompres hangat
menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu kontak langsung dengan obyek.
- Berikan antipiretik, analgetik sesuai
program dokter
R/ menurunkan panas di
pusat hepotalamus.
(3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran oksigen
Tujuan
: klien mampu meningkatkan aktivitas
fisiknya dengan kriteria mampu melaksanakan aktifitas ringan dan mampu
mempertahankan gerak.
Intervensi
- Rencanakan periode istirahat sering pada klien
untuk penghematan energi.
R/
istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap dan
mencegah pengeluaran yang berlebihan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa
stress
R/
Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada klien
- Ubah posisi secara bertahap dan
tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/
membantu mobilisasi secara bertahap
- Sertakan orang tua dalam meningkatkan
kebutuhan istirahat
R/
istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.
(4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.
Tujuan : volume cairan tubuh sumbang antara intake dan
output dengan kriteria kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit
baik dan membran mukosa lembab, tidak demam.
Intervensi :
- Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan
melalui oral
R/
Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status cairan tubuh.
-
Libatkan orang tua dalam menemukan cara
untuk memenuhi kebutuhan cairan.
- Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam
R/
mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran cairan.
-
Berikan cairan infus sesuai program
dokter
R/
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
-
Kolaborasi tentang pemberian antipiretik
R/
mencegah timbulnya demam
(5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan : Secara verbal keluarga dapat menjelaskan
proses penyakit, penyebab dan penyegahan penyakit dengan kriteria keluarga
menunjukkan pemahaman menganai instruksi evaluasi dan mengatakan rencana
keperawatan untuk istirahat cairan diet dan perawatan evaluasi.
Intervensi :
-
Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat
R/
Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan
-
Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan tambahan
R/
Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
-Diskusikan
tanda dan gejala distres pernafasan
R/
keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan
-
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
R/
Keluarga dapat melakukannya.
-Libatkan
keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
R/
menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan membantu peran aktif keluarga.
-
Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu pemberian dan tujuan serta
efek sampingnya pada keluarga.
R/
Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi klien.
coba ada daftar pustaka pasti tambah sip.........? but nice work......?
BalasHapushehe..iya lupa masukin.... thanks buat kunjungannya
BalasHapus+Daftar pustaka sama pathway nya min biar makin mantap 👍
BalasHapushehe iya, terima kasih masukan dan kunjungannya ya
Hapus